Zaldi Muzani BK dan Ruang lingkupnya
Rabu, 08 Mei 2013
Bimbingan Kelompok
Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Dari awal sampai akhir akan saya jabarkan disini sehingga diharapkan tidak ada kesalahan dalam proses pemberian Layanan Bimbingan Kelompok. Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu
Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:
Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
Membahas kegiatan lanjutan.
Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Rabu, 01 Mei 2013
HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONSELING REALITAS
Berdasarkan konsep perilaku manusia, prinsip kerja konseling berdasarkan konseling realitas berdasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut.Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun fisiologi maupun psikologis. Kebutuhan dasar seseorang adalah: (a) kebutuhan untuk menciptakan untuk mencintai dan dicintai, dan (b) kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna untuk diri sendiri dan untuk orang lain.Jika individu frustasi karena gagal memperoleh keputusan atau tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika dia berhasil memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maka akan mengembangkan identitas keberhasilan.Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke identitas keberhasilan. Individu yang bersangkutan adalah pihak yang mampu mengubah dirinya sendirinya.Faktor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia. Orang yang berusaha memperoleh kepuasan mencapai success identity menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab.Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau identitas kegagalan.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
Pengertian Bimbingan
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik” (Mathewson,1969).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”
Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala
sesuatu yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta
mengarahkan menuju tujuan tertentu.
Motivasi memegang peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar,
tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin
tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin
besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga
komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan
membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses
motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu;
1)
Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar
(desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan
atau tenson.
2)
Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada
pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3)
Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya
ketegangan.
Sumber motivasi dapat datang dari dirinya,
kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua,
guru-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan media massa . Orang tua dan
sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta
didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan
dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan
belajar siswa.
Motivasi belajar adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar,
seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi,
motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada hubungannya
dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin
diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dsb.
Didalam program bimbingan dan konseling
baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif
dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian
treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik
memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi
negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami
latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam
pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku
kurang motivasi belajar antara lain:
a.
Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti;
malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan tidak selesai,
kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik,
perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
b.
Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak
mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa
dan sebagainya.
c.
Penentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai
sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.
Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan,
mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak
penting dan sebagainya
Sabtu, 27 April 2013
Teknik dalam konseling
Teknik Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”
LATIHAN SAYA BERTANGGUNG JAWAB
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Bertahan dengan PerasaaN.
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Bermain peran.
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
TUJUAN KONSELING REALITAS
Tujuan umum tujuan konseling
reality therapy sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai kehidupan
dengan success identity. Untuk itu dia harus bertanggung jawab, yaitu memiliki
kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya.
Reality therapy adalah pendekatan
yang didasarkan pada anggapan tentang adanya satu kebutuhan psikologis pada
seluruh kehidupannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk
merasa unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain. Kebutuhan akan identitas
diri merupakan pendorong dinamika perilaku yang berada di tengah-tengah
berbagai budaya universal.
Kualitas pribadi sebagai tujuan
konseling realitas adalah individu yang memahami dunia riilnya dan harus
memenuhi kebutuhannya antara individu yang satu dengan yang lain dapat berbeda
tetapi realitas itu dapat diperoleh dengan cara membandingkan dengan orang
lain. Oleh karena itu, konselor bertugas membantu klien bagaimana menemukan
kebutuhannya dengan 3R yaitu right, responsibility dan reality, sebagai
jalannya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
karakteristik konselor realitas adalah sebagai berikut.
Konselor harus mengutamakan
keseluruhan individual yang bertanggung jawab, yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Konselor harus kuat, yakin, tidak
pernah “bijaksana”, dia harus dapat menambah tekanan dari permintaan klien
untuk simpati atau membenarkan perilakunya, tidak pernah menerima alasan-alasan
dari perilaku irrasional klien.
Konselor harus dapat bertukar
pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat melihat bahwa seluruh individu
yang dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat yang sulit.
Konseling realitas pada dasarnya
adalah proses rasional, hubungan konseling harus tetap hangat, memahami
lingkungan. Konselor perlu menyakinkan klien bahwa kebahagiaannya bukan
terletak pada proses konseling tetapi pada perilakunya dan keputusannya, dan
klien adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
KARAKTERISTIK KONSELING realita
Karakteristik Konseling Realitas
Menolak model medis
Penekanan pada saat sekarang
Mementingkan aspek nilai
Tidak menekankan transferensi
Menekankan pada aspek kesadaran
Menghapus hukuman
Menekankan pada tanggung jawab
Langganan:
Postingan (Atom)