Rabu, 08 Mei 2013
Bimbingan Kelompok
Suatu proses layanan sangat ditentukan pada tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga akan terarah, runtut, dan tepat pada sasaran. Dari awal sampai akhir akan saya jabarkan disini sehingga diharapkan tidak ada kesalahan dalam proses pemberian Layanan Bimbingan Kelompok. Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu
Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:
Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya.
Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
Membahas kegiatan lanjutan.
Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Rabu, 01 Mei 2013
HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONSELING REALITAS
Berdasarkan konsep perilaku manusia, prinsip kerja konseling berdasarkan konseling realitas berdasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut.Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun fisiologi maupun psikologis. Kebutuhan dasar seseorang adalah: (a) kebutuhan untuk menciptakan untuk mencintai dan dicintai, dan (b) kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna untuk diri sendiri dan untuk orang lain.Jika individu frustasi karena gagal memperoleh keputusan atau tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika dia berhasil memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maka akan mengembangkan identitas keberhasilan.Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke identitas keberhasilan. Individu yang bersangkutan adalah pihak yang mampu mengubah dirinya sendirinya.Faktor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia. Orang yang berusaha memperoleh kepuasan mencapai success identity menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab.Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau identitas kegagalan.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
Pengertian Bimbingan
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik” (Mathewson,1969).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”
Pengertian Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan dengan segala
sesuatu yang mana menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut M. Utsman Najati, Motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta
mengarahkan menuju tujuan tertentu.
Motivasi memegang peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar,
tetapi motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin
tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin
besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga
komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan
membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses
motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu;
1)
Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong belajar
(desakan, motif, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan
atau tenson.
2)
Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada
pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3)
Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya
ketegangan.
Sumber motivasi dapat datang dari dirinya,
kesadaran dan pemikiran dirinya, dapat juga dari luar, dari orang tua,
guru-guru, sekolah, teman-teman, bahkan dari masyarakat dan media massa . Orang tua dan
sekolah hendaknya menciptakan lingkungan dan menjalin hubungan dengan peserta
didik agar tercipta motivasi positif terhadap belajar. Sebaliknya menjauhkan
dengan hal-hal yang kemungkinan menimbulkan motivasi negatif terhadap kegiatan
belajar siswa.
Motivasi belajar adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar,
seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi,
motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi masih ada hubungannya
dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin
diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua dsb.
Didalam program bimbingan dan konseling
baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif
dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian
treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik
memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi
negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami
latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam
pemecahan masalah.
Dibawah ini adalah bentuk-bentuk perilaku
kurang motivasi belajar antara lain:
a.
Kelesuan dan ketidakberdayaan, seperti;
malas, enggan, lambat bekerja, mengulur waktu, pekerjan tidak selesai,
kurang konsentrasi, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik,
perasaan pusing-pusing, mual, mengantuk dan sebagainya.
b.
Penghindaran atau pelarian diri, seperti; absen sekolah, bolos, tidak
mengikuti pelajaran tertentu, tidak mengerjakan tugas, tidak mencatat, pelupa
dan sebagainya.
c.
Penentang, seperti; kenakalan, suka mengganggu, merusak, tidak menyukai
sesuatu pelajaran atau kegiatan, mengkritik, berdalih, dan sebagainya.
d.
Kompensasi, seperti; mencari kesibukan lain diluar pekerjaan,
mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, mendahulukan pekerjaan yang tidak
penting dan sebagainya
Sabtu, 27 April 2013
Teknik dalam konseling
Teknik Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”
LATIHAN SAYA BERTANGGUNG JAWAB
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Bertahan dengan PerasaaN.
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Bermain peran.
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
TUJUAN KONSELING REALITAS
Tujuan umum tujuan konseling
reality therapy sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai kehidupan
dengan success identity. Untuk itu dia harus bertanggung jawab, yaitu memiliki
kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya.
Reality therapy adalah pendekatan
yang didasarkan pada anggapan tentang adanya satu kebutuhan psikologis pada
seluruh kehidupannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk
merasa unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain. Kebutuhan akan identitas
diri merupakan pendorong dinamika perilaku yang berada di tengah-tengah
berbagai budaya universal.
Kualitas pribadi sebagai tujuan
konseling realitas adalah individu yang memahami dunia riilnya dan harus
memenuhi kebutuhannya antara individu yang satu dengan yang lain dapat berbeda
tetapi realitas itu dapat diperoleh dengan cara membandingkan dengan orang
lain. Oleh karena itu, konselor bertugas membantu klien bagaimana menemukan
kebutuhannya dengan 3R yaitu right, responsibility dan reality, sebagai
jalannya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
karakteristik konselor realitas adalah sebagai berikut.
Konselor harus mengutamakan
keseluruhan individual yang bertanggung jawab, yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Konselor harus kuat, yakin, tidak
pernah “bijaksana”, dia harus dapat menambah tekanan dari permintaan klien
untuk simpati atau membenarkan perilakunya, tidak pernah menerima alasan-alasan
dari perilaku irrasional klien.
Konselor harus dapat bertukar
pikiran dengan klien tentang perjuangannya dapat melihat bahwa seluruh individu
yang dapat melakukan secara bertanggung jawab termasuk pada saat yang sulit.
Konseling realitas pada dasarnya
adalah proses rasional, hubungan konseling harus tetap hangat, memahami
lingkungan. Konselor perlu menyakinkan klien bahwa kebahagiaannya bukan
terletak pada proses konseling tetapi pada perilakunya dan keputusannya, dan
klien adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
KARAKTERISTIK KONSELING realita
Karakteristik Konseling Realitas
Menolak model medis
Penekanan pada saat sekarang
Mementingkan aspek nilai
Tidak menekankan transferensi
Menekankan pada aspek kesadaran
Menghapus hukuman
Menekankan pada tanggung jawab
Teknik khusus dalam konseling
Di bawah disampaikan beberapa teknik – teknik khusus konseling, yaitu :
Teknik Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”
LATIHAN SAYA BERTANGGUNG JAWAB
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Bertahan dengan PerasaaN.
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Bermain peran.
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
Kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung.
Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”
LATIHAN SAYA BERTANGGUNG JAWAB
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Bertahan dengan PerasaaN.
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
Bermain peran.
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Jumat, 26 April 2013
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja sering diartikan terjemahan dari juvenile delinquency.
Secara etimologis pengertian juvenile delinquency berasal dari kata
juvenile yang berarti anak, dan delinquency yang berarti kejahatan. Jadi
secara etimologis juvenile delinquency adalah kejahatan anak. Dari
berbagai pengertian tentang kenakalan remaja atau juvenile delinquency
dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja atau juvenile delinquency
memiliki arti kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja. Dengan demikian
kenakalan remaja merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang dapat
dikenai sanksi pidana bagi yang melanggar larangan tersebut. Masa remaja
dikenal dengan masa Strom dan Stres dimana terjadi pergolakan emosi
yang diiringi dengan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis yang
bervariasi. Masa remaja identik dengan lingkungan sosial tempat
berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
secara efektif.
Bila aktifitas-aktifitas yang dijalani di Sekolah tidak memadai untuk memenuhi gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya kearah yang tidak positif, dengan melukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan disebut dengan kenakalan remaja.
Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk kenakalan remaja meliputi:
1.Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2.Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3.Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di fihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat.
4.Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka
5.Kenakalan Remaja Non Kriminal
yang mengalami masalah jenis ini cenderung tertarik pada kesenangan-kesenangan yang sifatnya menyendiri, apatis terhadap kegiatan masyarakat atau sekolah. Remaja ini suka mengasingkan diri, menghindarkan diri dari kegiatan yang menumbuhkan kontak dengan orang lain. Perasaannya sangat peka dan mudah terluka, cepat tersinggung dan membesar-besarkan kekurangannya sendiri, dengan gejala umum sering menyendiri, melamun, apatis tidak bergairah, sangat mudah tersinggung, sangat mudah panik, sangat mudah bingung sehingga cenderung menjadi peminum, pemabuk, penghisap candu, narkotika, menjadi morfinis dan sebagainya, bahkan tega untuk bunuh diri.
Faktor-faktor Kenakalan Remaja
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja yang nakal antara lain:
1.Kehidupan Keluarga
2.Kehidupan masyarakat modern
3.Pengaruh Budaya Asing
Pencegahan dan Penanganan Kenakalan Remaja
Usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan cara moralitas maupun abolisionalistis. Cara moralistis menekankan pada upaya pembentukan dan pembinaan moral dan mental remaja, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan kesadaran hukum bagi anak dan remaja, penanaman rasa tanggungjawab sosial, penanaman kesadaran beragama dan penyuluhan tentang sebab-musabab kenakalan remaja. Cara ablisionalitis dalam pencegahan kenakalan remaja dilakukan dengan mengurangi sebab-sebab yang mendorong anak remaja melakukan perbuatan delinkuen. Selain itu upaya pencegahan kenakalan remaja juga dapat dilakukan dengan cara berusaha mengerti pribadi anak dan minatnya serta memberikan cinta kasih yang simpatik. Kesimpulannya kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat, dan biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun. Minimnya pengawasan orang tua beserta para guru dan masyarakat umum menyebabkan remaja melakukan perbuatan yang negatif. Jadi, saran yang baik buat anak remaja itu adalah Dibutuhkan pendekatan yang baik terhadap remaja yang diawali dari keluarga, sekolah dan masyarakat umum, sehingga remaja tidak termotivasi untuk melakukan hal-hal yang negatif.
Filsafat ilmu
FILSAFAT ILMU DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
Pengantar Ilmu Filsafat
A. Definisi Filsafat
Filsafat ilmu adalah dua kata
yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena
kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan
ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani
menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi
akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.
Perubahan dari pola pikir
mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala
gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa
dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam
dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik
alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.
B. Objek Filsafat
1.Objek Material filsafat
Yaitu suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di
selidiki, di Pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang
mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa
objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala
sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu:
- Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
- Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
2. Objek Formal filsafat
Yaitu sudut pandangan yang
ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu,
atau sudut dari mana objek material itu di sorot.
Contoh : Objek materialnya adalah
manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang
berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di
antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
Cara menerima telepon dengan baik
1. Angkat gagang telepon dengan menggunakan tangan kanan
2. Ucapkan salam kepada si penelepon , misalnya "Selamat pagi, Selamat siang"a
3. Menanyakan maksud dari si penelepon
4. Menjelaskan maksud atau tujuan si penelepon dengan jelas, singkat, dan mudah dimengerti
5. Setelah telepon merasa cukup atas informasi yang telah kita berikan, maka menanyakan kembali apakah masih ada yang bisa dibantu
6. Jika tidak, ucapkan salam penutup dengan sopan dan mengucapkan terima kasih
7. Letakkan gagang telepon dengan benar
Meskipun itu merupakan cara menerima telepon disebuah instansi atau perusahaan, tapi sepertinya semuanya bisa kita jadikan pelajaran saat kita menerima telepon dari seseorang. Tentu saja dengan tidak menggunakan bahasa yang kaku.
Selain tata cara tersebut, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat menerima telepon yaitu :
* sikap mau membantu
* jaga intonasi suara, jangan terlalu lemah tetapi juga jangan terlalu keras seperti orang marah
* pilih kata-kata yang sopan, ramah dan mudah dimengerti
* jangan mengangkat telepon jika anda masih bicara dengan orang lain
* jangan menguap
* jangan memotong pembicaraan orang lain
* jangan berbicara dengan orang ketiga disekitar anda, pada saat anda sedang berbicara ditelepon
* gunakan sapaan dan kalimat yang berbeda-beda sehingga tidak terkesan kaku
* hindari menelepon pada kondisi ribut di sekitar anda
Solusi Mengatasi Kurang Motivasi Belajar Siswa
Kurang atau rendahnya belajar seorang peserta didik bukan suatu hal yang tanpa
sebab, akan tetapi ada sebabnnya. Yang mana telah dikemukakan di depan bahwa
sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari
guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu
atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan
pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik
yang kurang motivasi belajar, perlu kita ketahui terlebih dahulu hal- hal yang
melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada
umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau
dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Disamping pemberian layanan- layanan secara
khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan
latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru
pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi
belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung
oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat juga dilakukan melalui guru kelas, guru
bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi
kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:
1. Konselor dapat memberikan informasi,
penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan-
kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan
giat belajar.
2. Terhadap kelas, kelompok atau individu
peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk
membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan
melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3. Penghargaan terhadap pribadi anak, semua
orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang
wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.[10]
Dibawah ini beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar
siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
1) Menjelaskan manfaat dan tujuan dari
pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul
dirasakan oeh peserta didik kan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
2) Memilih materi yang atau bahan
pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang
dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari
motivasi.
3) Memilih cara penyajian yang
bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas tersebut,
yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada hanya
sekedar mendengar saja (monoton).
4) Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan
membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
5) Berilah kemudahan dan bantuan dalam
belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu
perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan-
kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar
peserta didik karena akan berakibat
fatal kepada peserta didik.
6)
Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat
membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat
membangkitkan motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau
perlu hadiah.
Sebab- Sebab Kurang Motivasi Belajar
Tugas guru dalam mengajar dikelas tidak hanya menyajikan bahan pelajaran, tetapi juga menciptakan situasi kelas, interaksi, kerjasama, memberikan arahan, petunjuk, penjelasan, serta dorongan, rangsangan, motivasi agar peserta didik belajar secara optimal.
Proses penguasaan pengetahuan, nilai- nilai, keterampilan dan pengembangan kemampuan berfikir membutuhkan suasana lingkungan yang kondusif, terutama suasana lingkungan sosial dalam kelas. Kondisi emosional para peserta didik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kemampuan berfikir, keterampilan, bahkan keseluruhan pribadi siswa. Suasana kelas yang kondusif, hubungan antar teman yang akrab, perlakuan guru yang bersahabat dapat membangkitkan kegairahan dan motivasi belajar. Dalam penciptaan kondisi kelas tersebut peranan guru sangat penting, karena di dalam kelas guru adalah pengelolah, pemimpin, dan panutan siswa, selain itu dia juga sebagai sumber belajar, sumber insprirasi dan motivasi. Dengan demikian suasana kelas dan perlakuan guru dapat menjadi penyebab pertama besar atau kecilnya motivasi belajar siswa.
Penyebab kedua yaitu datang dari lingkungan keluarga, yang mana lingkungan keluarga ini sangat amat berpengaruh pada kurangnya motivasi belajar siswa. Orang tua dalam keluarga juga berperan menciptakan suasana belajar yang kondusif dirumah, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan oleh siswa.
Situasi hubungan sosial, suasana emosional dan disiplin yang demikian akan menumbuhkan suasana yang hebat, membangkitkan motivasi dan memperlancar perkembangan belajar para siswa. Sebaliknya hubungan sosial yang banyak mengandung sikap curiga, permusuhan, ketidakpercayaan, suasana emosi yang tawar atau cenderung ke arah kebencian, penerapan disiplin yang bersifat otoriter, dsb cenderung akan menurunkan motivasi, dan menghilangkan gairah belajar.
Disamping faktor lain yang bersumber dari sekolah dan keluarga, motivasi belajar dapat datang dari diri peserta didik sendiri. Kondisi kesehatan yang prima, baik kesehatan jasmani maupun rohani menjadi dasar yang kuat bagi tumbuhnya motivasi belajar. Kondisi kesehatan akan berkembang persepsi, sikap yang sehat dan realistik, emosi yang stabil. Keceriaan, kesenangan, kebahagiaan dsb. Sedangkan kondisi yang kurang sehat maka akan menumbuhkan kondisi sosial yang kurang sehat pula, dan dapat menjadi pangkal dari rendahnya motivasi untuk maju, motivasi untuk berprestasi. Tumbuhnya kondisi pribadi yang sehat juga dilatar belakangi oleh dasar- dasar yang dikembangkan olah keluarga. Keluarga terutama ayah dan ibu memegang paranan kunci dalam pembentukan pribadi anak, dan memberi dasar- dasar bagi kemajuan belajarnya.
Peran keluarga
Jumat, 22 Maret 2013
Peran atau fungsi keluarga Menurut beberapa sumber :
a. Menurut Narwoko dan Suyanto :
1. Fungsi Pengaturan Keturunan
Fungsi Reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia
dan sebagai dasar kehidpan sosial manusia dan bukan hanya sekedar
kebutuhan Biologis saja. Fungsi ini di dasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan,
dapat mewariskan harta kekayaan, serta pemeliharaan pada hari tuanya.
2. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak
hingga terbentuk personality-nya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial,
agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh orang
tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jadi, dengan kata
lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya
baik dan tidak layak dalam masyarakat.
Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus memperoleh standar tentang
nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik, yang indah,
yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota
masyarakat lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.
Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari
kepribadiannya, tingkah lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan
reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga merupakan perantara antara
masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian
seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang
berpengaruh besar sekali terhadap kepribadian seseorang adalah
keluarga,khususnya seorang ibu.
3. Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan
keluarga sebagai unit-unit produksi yang seringkali dengan mengadakan
pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.
Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir dalam produksi
ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah dimana
semua anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata
pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di
antara anggota keluarga bukan hanya sekadar hubungan yang dilandasi
kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang
keluarga sebagai sistem hubungan kerja.
Suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai
kepala dalam bekerja. Jadi, hubungan suami-istri dan anak-anak dapat
dipandang sebagai teman sekerja yang sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama. Fungsi ini jarang sekali
terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat dikatakan
berkurang atau hilang sama sekali.
4.Fungsi Pelindung
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai
bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka
fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi negara. Seorang kepala
rumah tangga wajib untuk melindungi keluarganya.
5. Fungsi Penentuan Status
Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka
keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu
sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.
Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan. Hak-hak istimewa
keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya.
Cara memperoleh status :
Assign Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan
karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya : Seseorang yang
dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dsb.
Ascribed Status adalah tipe status yang didapat sejak lahir. Seperti
jenis kelamin, ras, kasta, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
6. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggotanya yang
sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap
masyarakat berbeda-beda, tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga
dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka
tergantung pada masyarakat.
Seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin modern dan kompleks,
sebagian dari pelaksanaan fungsi pemeliharaan ini mulai banyak diambil
alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat, misalnya rumah sakit,
rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.
7. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau
rasa dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang
serius adalah salah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak
pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih sayang. Di sisi lain,
ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk
bertahan hidup.
(http://organisasi.org/jenis-jenis-macam-mac am-status-sosialstratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-sosiologi).
Fungsi Keluarga Menurut Effendi (1998)
:
1.Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman
Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Memberikan indentitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Meneruskan nilai-nilai budaya
4. Fungsi Ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dsb.
5. Fungsi Pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk pilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang di milikinya.
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memnuhio peranannya sebagai orang dewasa.
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan
Fungsi keluarga dalam dunia pendidikan :
Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan
pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan
bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi
anak”. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai
dan sistem perilaku manusia dalam keluarga.
Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bertujuan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat. Anak adalah pribadi yang memiliki sifat kemanusiaan sebagai
makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Menarik untuk memaknai
pendapat Karl Mannheim yang dikutip oleh MI Soelaeman (1994), bahwa
“anak tidak didik dalam ruang dan keadaan yang abstrak, melainkan selalu
di dalam dan diarahkan kepada kehidupan masyarakat tertentu.”. Dengan
demikian anak memiliki prinsip sosialitas, disamping prinsip
individualitas. Prinsip sosialitas, mengharuskan anak dibawa dan
diarahkan untuk mengenali nilai-nilai sosial lingkungannya oleh orang
tuanya.
Fungsi Proteksi
Tujuan dari fungsi proteksi yaitu untuk melindungi anak bukan saja
secara fisik, melainkan pula secara psikis. Secara fisik fungsi
perlindungan ditujukan untuk menjaga pertumbuhan biologisnya sehingga
dapat mejalankan tugas secara proporsional. Disamping itu fungsi
proteksi psikis dan spiritual yaitu dengan mengendalikan anak dari
pergaulan negatif dan sikap lingkungan yang cenderung menekan
perkembangan psikologinya.
Fungsi Afeksi
Fungsi ini terkait dengan emosional anak. Anak akan merasa nyaman
apabila mampu melakukan komuniasi dengan keluarganya dengan totalitas
seluruh kepribadiannya. Kasih sayang yang dicurahkan kepada anak akan
memberi kekuatan, dukungan atas kehiduapn emosionalnya yang berpengaruh
pada kualitas hidupnya di masa depan.
Fungsi Religius
Yang dimaksud adalah fungsi keluarga untuk mengarahkan anak ke arah
pemerolehan keyakinan keberagamaannya yang benar. Keluarga menjadi
kendali utama yang dapat menunjukkan arah menjadi Islam yang kaffah atau
sekuler.
Fungsi Ekonomis
Fungsi ini berkaitan dengan pemenuhan selayaknya kebutuhan yang bersifat
materi. Secara normatif anak harus dipersiapkan agar kelak memikul
tanggung jawab ekonomi keluarga, membangun kepribadian yang mandiri
bukan menjadi objek pemaksaan orang tua.
Fungsi Rekreasi
Memberikan wahana dan situasi yang memungkinkan terjadinya kehangatan,
keakraban, kebersamaan dan kebahagiaan bersama seluruh anggota keluarga.
Fungsi Biologis
Faktor biologis adalah faktor alamiyah manusia. Faktor ini meliputi
perlindungan kesehatan, termasuk juga memperhatikan pertumbuhan
biologisnya seta perlindungan terhadap hubungan seksualnya.
Fungsi Keluarga menuju terbentuknya sumberdaya pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri, yaitu:
1) Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan
agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur
budaya bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Fungsi Sosial Budaya
Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam
satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk
dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai
moral kepada anaknya.
3) Fungsi Cinta kasih
Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan
anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta
hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah
utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
Cinta menjadi pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang
bijaksana.
4) Fungsi Melindungi
Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.
5) Fungsi Reproduksi
Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang
direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia
yang penuh iman dan takwa.
6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan
agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang
akan datang.
7) Fungsi Ekonomi
Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8) Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara
serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan
yang berubah secara dinamis.
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas::
Pola dan proses komunikasi
Struktur peran
Struktur kekuatan
Nilai-nilai keluarga
Fungsi Keluarga secara umum :
1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak
bila kelak dewasa.
2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat
yang baik.
3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi
anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan
dalam keluarga.
5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam
kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan
bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan
lain setelah di dunia ini.
6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain,
kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan
itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan
keluarga.
7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak
harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat
dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang
pengalaman masing-masing, dsb.
8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Fungsi Keluarga Menurut Drs. Soewaryo Wangsanegara :
a. Pembentukkan kepribadian; dalam lingkungan keluarga, para orang tua
meletakkan dasar-dasar kepribadiankepada anak-anaknya, dengan tujuan
untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka kepada anak
cucu dan keturunannya.
b. Erat kaitannya dengan butir, keluarga juga berfungsi sebagai alat
reproduksi kepribadian - kepribadian yang berakar dari etika, estetika,
moral, keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan
sebuah struktur masyarakat tertentu.
c. Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena
menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara
pertama dalam transmisi kebudayaan.
d. Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian, Pada
kelompok -keliompok masyarakat modern perkonomian berkembang sangat
pesat. Namun ikatan-ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan sering
memengaruhi atau menguasai bidang perekonomian mereka.
e. Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.
Langganan:
Postingan (Atom)